Loading...

Konsep Dasar Perbandingan Pendidikan

Utamanya kemerdekaan kemudian dilanjutkan dengan pendidikan adalah hak segala bangsa. Yang oleh sebab itu, maka segala bentuk dan upaya penjajahan yang ada di dunia ini harus dihapuskan setelah itu diganti dengan kebudayaan yang bersifat mendidik bukan budaya menjajah. 

Sejak zaman Plato (427-342), diskursus tentang penyelenggaraan pendidikan oleh negara telah dibahas secara filosofi dalam buku Republika. Buku tersebut menggambarkan bagaimana pembinaan sebuah negara, masyarakat, dan pendidikan mesti dilakukan. 

Menurut Plato, sebagaimana terurai dalam buku tersebut bahwa negara ideal haruslah berdasar pada persamaan dan keadilan. Keadilan dalam negara hanya tercapai apabila tiap-tiap warganya mengerjakan pekerjaan yang tertuntuk bagi dia. 

Plato berpendapat bahwa pada tiap negara, semua golongan manusia merupakan alat bagi pencapaian kesejahteraan secara kolektif. Kesejahteraan kolektif inilah yang menjadi tujuan hakiki suatu negara. 

Di samping keadilan, suatu negara tergantung juga pada budi pendidiknya. Dalam hal ini, pendidikan menjadi tema sentral bagi negara. Menurutnya, pendidikan anak-anak yang berumur 10 tahun ke atas menjadi urusan negara agar mereka terlepas dari pengaruh orang tua masing-masing. Dasar yang utama bagi pendidikan anak adalah gimnastik (senam) dan musik. Namun, gimnastik didahulukan karena menyehatkan badan dan pikiran. Pendidikan harus menghasilkan manusia yang berani, yang diperlukan bagi calon penjaga. Saat berusia 14 - 16 tahun, anak-anak perlu diajari musik dan puisi serta mengarang suatu paragraf. Alasannya, musik menanamkan jiwa, perasaan dan budi yang halus. Dengan musik, jiwa manusia akan kenal dengan harmoni dan irama, yang keduanya menjadi landasaran yangbaik untuk menghidupkan rasa ke adilan. Namun, musik harus dijauhkan dari lagu-lagu yang melemahkan jiwa dan menimbulkan nafsuk buruk. Begitu pula dengan puisi, puisi yang merusak hendaknya dijauhkan. Pendidikan gimnastik dan musik hendaknya dilaksanakan secara seimbang. 

Pada usia 16 sampai 18 tahun, menjelang dewasa, anak-anak diberi pelajaran matematika untuk mendidik jalan pikiran mereka. di samping itu, diajarkan pula dasar-dasar ketuhanan dan sopan santun agar dalam diri anak tertanam rasa persatuan. 

Tahap berikutnya, ketika anak berusia 18 tahun sampai 20 tahun, hendaknya mereka mendapatkan pendidikan militer, kemudian, setelah usia 20 tahun itu diadakan seleksi atas kemampuan mereka untuk mendapatkan didikan ilmiah secara lebih mendalam dan teratur selama 10 tahun. Lalu diadakan seleksi kedua, bagi mereka yang diterima diangkat sebagai pegawai negeri. Lalu mereka ini dididik lagi dalam hal pengetahuan tentang Adanya (Being), idea dan dialektika. 

Tamat dari didikan ini mereka berhak memperoleh kedudukan tinggi. Kalau sudah 15 tahun bekerja dan mencapai usia 50 tahun, mereka diterima di lingkungan pemerintahan atau filsuf. Saat itu mereka dianggap telah layak melaksanakan tugas tertinggi dalam negara, yaitu menegakkan keadilan berdasarkan idea kebaikan. Agaknya konsep negara ideal Plato ini sarat dengan ajaran moralitas berbangsa, yakni negara yang adil dan berbudi.

Sekarang bagaimana di Indonesia? 

Suatu negara menyelenggarakan pendidikan bagi bangsanya adalah dengan maksud mencerdaskan rakyat, meningkatkan pengetahuan mereka demi kesejahteraan bersama, yang pada gilirannya akan menjadikan negara itu mengalami kemajuan. Akan tetapi, acap kali perkembangan pendidikan suatu negara perlu melihat kemajuan pendidikan yang dicapai oleh negara lain. 

Itulah sebabanya dalam memajukan pendidikan, suatu negara perlu membandingkannya dengan pelaksanaan pendidikan di negara lain, mengetahui persamaan dan perbedaannya, kelebihan dan kelemahannya, lalu mengambil unsur positifnya sekaligus menyesuaikan dengan kondisi lokal negara tersebut. 

Tentu saja pengalaman pendidikan suatu negara tidak dapat ditransplantasikan begitu saja ke negara lain, karena perbedaan budaya, politik, hukum, ekonomi dan lain-lain sebagainya. Namun, pada taraf tertentu, prinsip umum yang menjiwai suatu penyelenggaraan pendidikan dapat berlaku secara global di negara lain. Adapun prakteknya bisa disesuaikan dengan negara yang bersangkutan. 

Paling tidak dengan perbandingan pendidikan tersebut dapat tumbuh saling pengertian, saling menghargai, dan meningkatkan hbungan kerja sama antar negara di bidang pendidikan. 
Terlebih jika jarak antar negara bukan sebuah hambatan, menjadi kian dekat karena canggihnya teknologi komunikasi dan media elektronik, yakni ketika seseorang dapat mengakses lansung via internet untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan di suatu negara. Belajar dari keberhasilan pendidikan negara lain, kita pun masih memiliki kesempatan untuk memulai pembaharuan pendidikan di negara sendiri.

0 comments:

Post a Comment

*Sebelum pergi, Harap Tinggalkan Link dan Komentar Anda*

 
TOP