Loading...

ENTAMOEBA GINGGIVALIS & EDOLIMAX NANA



Apa itu Endolimax Nana ?


Manusia merupakan hospes delapan spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar yaitu entamoeba histolytica, entamoeba dispar, entamoeba coli, entamoeba hartmani, iodamoeba bustchlii, dientamoeba fragilis, endolimax nana dan satu spesies yang hidup dalam mulut yaitu entamoeba gingivalis.
Semua amoeba itu tidak patogen dan hidup sebagai komensial pada manusia, kecuali E. Hystolica. Tentu kita bertanya-tanya, bagaimanakah perbedaan dari amoeba yang bersifat patogen dan apatogen, sehingga itu di dalam makalah ini akan di bahas lebih rinci (dikhususkan) terutama pada amoeba yang bersifat apatogen yaitu Endolimax nana.
Tidak dijelaskan secara rinci darimana sejarah ditemukannya jenis bakteri endolimax nana ini, karena tidak ada data konkrit yang secara jelas mencatat penemuan bakteri ini.
Endolimax  nana  adalah  genus  amoebozoa  yang  ditemukan  dalam   usus   berbagai hewan, termasuk spesies yang ditemukan pada manusia. Merupakan  amoeba  kecil dengan  inti  vesikuler  dan  bentuknya berubah - ubah (tidak  tetap). Genus  Endolimax  berpredileksi di dalam usus  besar  manusia  dan  beberapa  binatang dan sering ditemukan pada tinja penderita diare atau disentri.



Tropozoit berukuran 8 – 9 mikron (3) 6 – 15 mikron, sitoplasmanya berbutir-butir, kariosum (endosom) besar dengan bentuk tidak teratur terletak di tepi inti menempel pada selaput inti. Kista berbentuk lonjong berukuran 8 – 9 mikron, berinti 1 – 4 tidak mengandung glikogen maupun badan kromatid. Bakteri ini bersifat apatogen. Menurut penelitian bakteri ini dapat menyebabkan diare. Namun tidak diketahui secara pasti, karena dalam sumber-sumber tertentu dari internet juga kebanyakan tidak menyebabkan penyakit. Organisme dalam bakteri ini merupakan jenis komensal(dua organisme yang hidup dalam satu jenis,tetapi bersifat komensalisme). Meskipun demikian, sangat signifikan bila di bidang kedokteran dapat memberikan hasil positif untuk tes spesies, terutama spesies yang serupa Entamoeba histolytica, yang patogen dan merupakan salah satu penyebab disentri, dan karena kehadirannya menunjukkan host yang diambil dari bahan tinja. Membentuk kista dengan empat inti yang eksis dalam tubuh dan menjadi trophozoit. Endolimax nana juga memiliki inti endosome besar dan sejumlah butiran kecil yang terlihat kromatin atau tidak sama sekali.
Hospes definitive Endolimax nana adalah manusia dan tidak mempunyai hospes reservoar. Tidak menimbulkan penyakit (komensal di usus), tetapi kadang ditemukan di tinja penderita diare dan disentri. Amoeba ini hidup sebagai komensal di rongga usus besar manusia terutama dekat sekum dan memakan bakteri. Endolimax nana hidup didalam sekum dan kolon pada manusia, babi, dan kera.
Endolimax nana merupakan parasit komensal usus didunia berkisar 10 – 20%, kecil, gerak lambat, inti khas dan kista berinti empat dan bentuknya tidak teratur. Endolimax nana mempunyai ukuran 6–12 µm dan rata-rata 8 µm, Endoplasma bergranula, nukleus tidak dapat dibedakan, yang menentukan diagnosa adalah bentuknya yang kecil dan pseudopodianya kecil seperti knop. Endolimax nana mempunyai bentuk tropozoit dan kista.
Bentuk tropozoit berukuran 6 – 12 µm (rata-rata 8 µm), pergerakan lamban,  Ektoplasma sedikit / tidak jelas kelihatan, pseudopodia tumpul, sebagian besar granula. Endoplasma mempunyai sitoplasma granuler dengan partikel makanan, bakteri, kristal, sel tumbuh-tumbuhan sering dalam vakuola, dan tidak makan sel darah merah. Inti umumnya tidak tampak / tidak begitu jelas.
Bentuk kista mempunyai ukuran 5 – 14 µm, berbentuk oval, dengan dinding kista tipis, glikogen dan batang kromidial tidak ada. Nukleus berbentuk lonjong, disebut inti endolimax, jumlah 4 buah (pada salah satu kutub), kariosom berbentuk tidak teratur, dan antara kariosom dengan nukleus membrana terdapat benang-benang. Diagnosa laboratorium ; sama seperti pemeriksaan Entamoeba histolytica.
Siklus hidup dari seluruh amoeba usus hampir sama. Bentuk yang infektif adalah kista. Setelah tertelan, kista akan mengalami eksistasi di ileum bagian bawah menjadi trofozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara membelah pasang. Trofozoit kerap mengalami enksistasi (merubah diri menjadi bentuk kista). Kista akan dikeluarkan bersama tinja. Bentuk trofozoit dan kista dapat dijumpai di dalam tinja, namun trofozoit biasanya dijumpai pada tinja yang cair. Endolimax nana bersifat invasif, sehingga trofozoit dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hematogen).

Endolimax nana diketahui bersifat komensal (non patogen) tetapi parasit ini penting diketahui untuk membedakan dengan E. hystolytica yang bersifat patogen. Untuk gejala klinisnya tidak ditemukan.

Ditemukan berbentuk kista. Bentuk kista mempunyai ukuran 5 – 14 µm, berbentuk oval, dengan dinding kista tipis, glikogen dan batang kromidial tidak ada. Nukleus berbentuk lonjong, disebut inti endolimax, jumlah 4 buah (pada salah satu kutub), kariosom berbentuk tidak teratur, dan antara kariosom dengan nukleus membrana terdapat benang-benang.

Penderita tidak ditemukan gejala klinis. Tidak menimbulkan penyakit (komensal di usus), tetapi endolimax nana kadang ditemukan di tinja penderita diare dan disentri yang saat itu juga terkena bakteri Entamoeba Histolyca.
Studi epidemiologi menunjukkan penyebaran E.nana cukup tersebar di dunia, seperti di wilayah Turki selatan yang merupakan wilayah endemik Amebiasis, ditemukan sekitar 9 (2,3 %) dari 380 pasien yang diperiksa. Pengamatan dari masyarakat diwilayah thailand barat E.nana ditemukan 10% dari 398 pasien. Di Chicago hasil penelitian pada kaum homoseksual yang menderita diare, prevalensi E.nana ditemukan paling banyak yaitu 106 (39%) dari 372 sampel tinja diare bernama sama dengan parasit patogen lainnya seperti E.histolyca dan Giardia lamblia. E.nana juga ditemukan pada pasien HIV 1,8% (4/35) bersamaan dengan parasit intestinal lainnya yang patogen. Transmisi parasit ini berhubungan dengan higienie perorangan, kontaminasi air dan makanan, juga dari penyaji makanan(food handler) baik ditempat-tempat makanan maupun diRumah Sakit saat menyajikan makanan untuk pasien. Di Indonesia(Sulsel) prevalensi E.nana sekitar 12,5% dari 398 pasien.
Banyak cara dalam penularan parasit ini, dan banyak pula cara untuk menanggulanginya.
1. Setiap penderita harus diobati, termasuk symptomless carrier
2. Karena media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu diperhatikan
kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan jarak jamban dari sumur.
3. Bisa juga melalui udara dan hinggap dimakanan yang tidak ditutup dengan penutup makanan. Untuk itu perlu diperhatikan kebersihan udara, higienitas makanan dan lingkungan tempat tinggal.


E. Ginggivalis
Diantara 3 spesies entamoeba, E. histolytica adalah paling patogen pada manusia. Organisme ini adalah salah satu agen penyakit penyebab dysentri. Selama beberapa tahun belakangan diketahui bahwa ada dua jenis entamoeba yang dibedakan menurut ukuran trophozoit dan cystenya. yaitu:
Ukuran besar : Trophozoit: 20-30 mm
Cyste: 10-20 mm
Ukuran kecil: Trophozoit : 12-15 mm
Cyste: 5-9 mm
E. histolytica ukuran besar ada dua strain yaitu patogenik dan non-patogenik. Ukuran kecil biasanya non-patogenik. Strain E. histolytica yang patogen adalah merupakan parasit protozoa yang paling penting pada orang dan banyak diteliti.
Daur hidup
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit—precyste—Cyste—metacyste—–metacyste trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal dibagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Didalam usus trophozoit membelah diri secara asexual.
Trophozoit menyusup masuk kedalam mukosa usus besar diantara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Didalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenchym hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal.
Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan bebentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung chromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual.
Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.
Patologi
E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies amoeba lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai kemampuan untuk menghydrolysis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic, sehingga organisme ini dapat berpenetrasi kedalam epithelium kemudian kejaringan yang lebih dalam.
Lesi intestinal
Terjadi pertama didaerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.
Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis. Lesi sekunder pada organ lain dapat pula ditemukan tetapi lebih sering dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari kasus amebiasis).
Lesi pada hati
Hal ini terjadi bila trophozoit masuk kedalam venula mesenterika dan bergerak ke hati melalui sistem vena porta hepatis, kemudian masuk melalui kapiler darah portal menuju sinusoid hati dan akhirnya membentuk absces. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya.
Lesi jaringan lainnya
Lesi pada jaringan lainnya seperti lesi pulmonaris (paru), otak, kulit dan penis, terjadi karena metastasis dari jaringan hati. Dimana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati.
Diagnosis
Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dpat membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.
Pengobatan
Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu:
- Asam arsanilik dan derivatnya
- iodichlor hydroxyquinolines
Bererapa antibiotik terutama:
- Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic.
- Chloroquine phosphat dan niridazole, cukup efisien
- Metronidazole, merupakan pilihan tepat karena efektif terhadap amebiasis extra intestinal dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari).


Pesan Mini : Wawasan akan keilmuan tidak cukup hanya pada goresan kertas


0 comments:

Post a Comment

*Sebelum pergi, Harap Tinggalkan Link dan Komentar Anda*

 
TOP