Mutisme Selektif pertama sekali
dijelaskan pada tahun 1870, pada waktu itu disebut dengan “Afasia Voluntaria”.
Sebutan ini menunjukkan adanya kehilangan berbicara yang diperkirakan dibawah
kontrol keinginan anak. Pada 1934 gangguan ini mulai disebut dengan Mutisme
Selektif, sebuah nama yang masih dipakai untuk menunjukkan gangguan pada
anak-anak yang tidak mau berbicara. Pada tahun 1994, berdasarkan DSM-IV
gangguan ini kembali dinamakan Mutisme Selektif.
Nama ini dipertimbangkan lebih
baik karena menjelaskan bahwa anak tidak berbicara hanya pada kondisi tertentu.
Mutisme Selektif adalah gangguan yang biasanya terjadi selama masa kanakkanak.
Yaitu ketika anak tidak mau berbicara pada paling tidak satu situasi sosial
tertentu. Bagaimanapun, anak tersebut dapat berbicara pada situasi yang
lainnya. Mutisme selektif umumnya terjadi pada anak usia 5 tahun dan biasanya
disadari pertama kali ketika mulai mengikuti sekolah. Berdasarkan
PPDGJ-III, ciri khas dari kondisi ini ialah selektifitas yang ditentukan secara
emosional dalam berbicara, di mana anak menunjukkan selektifitasnya dalam hal
kemampuan bertutur kata dalam situasi-situasi tertentu, namun tidak mampu
melakukannya dalam beberapa situasi (khas tertentu) lainnya.
Mutisme Selektif adalah gangguan
kebiasaan masa kanak-kanak yang ditandai oleh adanya kegagalan yang persisten
untuk berbicara pada satu atau lebih situasi sosial, namun dapat berbicara di
situasi yang lain. Karena gangguan ini begitu jarang, variasi mayor
pada gejala-gejalanya tidak jelas. Gangguan ini dapat mulai muncul pada umur
berkisar antara 3 dan 8 tahun, walaupun sering tidak mendapat perhatian klinis
sampai anak mulai bersekolah. Beberapa kasus juga pernah dilaporan dengan onset
setelah berumur 12 tahun. Manifestasi dari gangguan ini tidak diketahui
perbedaannya pada umur yang berbeda.
Manifestasi yang paling sering dari
gangguan ini adalah menolak untuk berbicara di sekolah dan kepada orang-orang
dewasa di luar rumahnya, walaupun dapat berbicara dengan normal dengan orang
tuanya di dalam rumah. Meskipun menolak untuk berbicara, anak dengan mutisme
selektif tampak dengan ketertarikan dalam komunikasi, dan pada situasi dimana
ia tidak berbicara, ia berkomunikasi dengan menggunakan sikap tubuh, gerak
tubuh, menggambar, menganggukkan atau menggelengkan kepala, berbisik ataupun
berbicara sepatah kata. Sepanjang gejala yang pernah
dilaporkan yang dihubungkan dengan mutisme selektif adalah pemalu yang
berlebihan, isolasi sosial, ketidakmatangan, menolak sekolah, prilaku
kompulsif, kecemasan, agresi, depresi, kebiasaan melawan, dan kekakuan motorik. Anda baru saja membaca artikel tentang Gangguan Selektif Mutisme. Jika anda ingin mendapatkan Makalah Tetang Gangguan Selektif Mutisme ini, anda bisa mendownloadnya pada link di bawah ini :
Artikel ini diperoleh dari berbagai sumber. Semoga artikel ini bermanfaat!
0 comments:
Post a Comment
*Sebelum pergi, Harap Tinggalkan Link dan Komentar Anda*