Untuk sebuah hasrat dalam gema yang menjerit di perapian kalbu. Hanyut bagaikan rupa sempayung terbelanga dalam rona kepahitan hidup. Apapun wujudnya kerinduan itu merupakan alasan yang hampir-hampir sama dengan cinta. Ketika makhluk bernyawa yang bernama manusia menginginkan perluasan hasrat yang konon katanya terasa nikmat. Nikmat laksana dihempas butiran air yang hanyut dalam relung/rongga pencernaan ketika seharian tidak pernah masuk di dalamnya. Bahkan lebih nikmat dari perasaan ini. Di manakah kerinduan itu? Di mana tempat tinggalnya? Ke kemanakah rindu itu akan ku cari? Di manakah engkau berada wahai rindu? Aku merindukanmu?
Keinginan dan hasrat akan sebuah kerinduan, memang tidak bisa dipungkiri adanya. Kerinduan merupakan sifat naluri yang tak terbantahkan dan merupakan rilisan kalbu yang datang tak di undang, perginya pun tidak diantar. Semestinya dengan adanya kerinduan mau tidak mau, harus kita simpan dalam bilik yang terpendam yaitu hati itu sendiri.
Kerinduan merupakan hasrat yang timbul oleh dua keterpaduan yaitu hati dan pikiran menjelma menjadi sebuah rasa dan ikut terinterpelasi oleh sebuah objek yang ia rasa dan ia pikirkan. Wujud kerinduan tentu saja berasal dari suatu pandangan yang direkam oleh otak lalu muncul merasuk ke dalam hati dan diteruskan dalam sikap yang timbul mana kala ia sadar ataupun tidak. Rasanya hati berlebihan jika setiap orang yang menjadi lawan jenis kemudian menyempatkan diri berlabuh dalam kehidupan kita, lantas ia tiba-tiba tidak ada di hadapan kita. Sementara awalnya ia mentransfer perhatian, kepedulian, kasih dan sayang kemudian kita pun membalasnya dengan rupa yang sama, tentu saja memberikan bekas yang ter-rekam dalam dua komponen tadi, yaitu hati dan pikiran.
Sungguh dapat dibayangkan manakala kerinduan itu, serta merta datang di saat kita sedang merindukannya. Apa yang kita rasa pada saat itu? Apa yang kita lakukan pada waktu itu? Apa persepsi dan ekspresi yang kita tunjukan ketika itu? Hanya yang bisa mengerti akan kerinduanlah yang bisa menjawab ketiga pertanyaan ini. Sukma memberikan kita sebuah tawaran akan arti penting rasa rindu. Karena itulah penyempurna sifat purga sang pemilik nyawa. Menjadi warna yang kelak juga akan dimintakan pertanggung jawaban.
Jika kita merasa sedang merindukan suatu subjek ataupun objek tertentu, maka tetapkanlah itu sebagai hiasan saat kita kesepian, saat kita sendirian dan saat kita diberikan keleluasaan untuk merindukan kerinduan. Sebab kerinduan itu hanya akan datang di kala kita sedang dirudung oleh sesuatu yang telah hilang. Jadilah yang sebenar-benarnya kerinduan dan sebaik-baik yang dirindukan.
0 comments:
Post a Comment
*Sebelum pergi, Harap Tinggalkan Link dan Komentar Anda*